Wednesday, 12 August 2015

Macam-macam Majas

Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakain ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat cerita itu semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.

Macam-macam gaya bahasa :
A. Gaya bahasa perbandingan
B. Gaya bahasa penegasan
C. Gaya bahasa pertentangan
D. Gaya bahasa sindirin 

A. Gaya bahasa perbandingan
    1. Metafora                     
    2. Personifikasi                 
    3. Asosiasi                    
    4. Alegori                     
    5. Parabola              
    6. Tropen                 
    7. Metanomia
    8. Litotes
    9. Sinekdoke
        a. Pras pro toto
        b. Totem pro parte
  10. Eufemisme
  11. Hiperbola
  12. Alusio
  13. Antonomosia   
  14. Prifrase

B. Gaya bahasa penegasan
    1. Pleonasme
    2. Repetisi
    3. Paralelisme
        a. Anapora
        b. Epipora
    4. Tautologi
    5. Polisindenton
    6. Interupsi
    7. Klimaks, antiklimaks
    8. Retoris
    9. Koreksio
   10. Asindenton
   11. Praterito
   12. Enumerasio

C. Gaya bahasa pertentangan
    1. Paradoks
    2. Antitesis
    3. Okupasi
    4. Kontradiksio Interminis

D. Gaya bahasa sindiran
    1. Ironi
    2. Sinisme
    3. Sakrosme

PENJELASAN

1. Alegori
    Yaitu : memperlihatkan perbandingan utuh, perbandingan membentuk kesatuan yang
              menyeluruh.
    Contoh : mendayung bahtera hidup.
2. Alusio
    Yaitu : mempergunakan ungkapan atau peribahasa yang sudah lazim dipergunakan
              orang.
    Contoh : - menggantung asap = sia sia
                   - tua-tua keladi = makin tua makin jadi
3. Anapora
    Yaitu : menempatkan kata atau kelompok kata yang sama didepan tiap-tiap larik dalam
              puisi secara berulang.
    Contoh :kalaulah diam malam yang kelam
                  kalaulah tenang sawang yang lapang
                  kalaulah lelap orang di lawang
4. Antiklimaks
    Yaitu : makna yang tergantung dalam kata-kata diucapkan berturut-turut makin lama
               makin melemah (menurun tingkatnya)
    Contoh : - seribu > seratus > serupiah
                   - tinggi > menengah > rendah
5. Antitesis
    Yaitu : mempergunakan kata-kata yang berlawanan artinya.
    Contoh : - tinggi atau rendah
                  - kaya atau miskin
6. Antonomosia
    Yaitu : Menyebutkan nama lain terhadap seseorang yang sesuai dengan sifat orang
              tersebut.
    Contoh : Si pincang itu kini telah tiada.
7. Asindenton
    Yaitu : menyatakan beberapa benda, hal atau keadaan secara berturut-turut tanpa
              memakai kata penghubung (menggunakan koma).
    Contoh : kemeja, sepatu, kauskaki dibelinya di toko itu.
8. Asosiasi
   Yaitu : memperbandingkan sesuatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan
             keadaan/gambar dan sifatnya.
   Contoh : - wajahnya muram bagai bulan kesiangan.
                 - semangatnya keras bagai baja.
9. Enumerasio
    Yaitu : melukiskan satu peristiwa agar keseluruhan maksud kalimat lebih jelas dan
              lugas.
    Contoh : angin berhembus, laut tenang,
10. Epipora
      Yaitu : menempatkan kata atau kelompok kata (frase) yang sama pada akhir larik
                dalam puisi secara berulang-ulang.
      Contoh : kalau kau mau, aku akan datang
                    jika kau kehendaki aku akan datang
11. Eufemisme
      Yaitu : mengganti satu pengertian dengan kata lain yang hampir sama artinya dengan
                maksud untuk menghindari pantang atau sopan santun.
      Contoh : kurang pandai = bodoh
                    berubah akal = gila
12. Hiperbola
      Yaitu : dipakai jika seseorang hendak melukiskan peristiwa atau keadaan dengan cara
                berlebih-lebihan daripada sesungguhnya.
      Contoh : hatiku terbakar, darahku mendidih, tangisku menyayat hati.
13. Interupsi
      Yaitu : mempergunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan diantara kalimat
                pokok guna lebih  menjelaskan dan penekanan bagian kalimat sebelumnya
      Contoh : Aku, orang yang sepuluh tahun bekerja, belum pernah dinaikkan pangkat.
14. Ironi
      Yaitu : menyatakan sebaliknya dengan maksud menyindir.
      Contoh : merdu suaramu hingga terbangun aku.
                     pagi benar kau datang hingga acara sudah selesai.
15. Klimaks
      Yaitu : menyatakan beberapa hal berurutan makin lama makin memuncak.
      Contoh : sejak menyemai benih, tumbuh, menunainya aku sendiri yang mengerjakan.
16. Kontradiksio interminis
      Yaitu : memperlihatkan pertentangan dengan penjelasan semata.
      Contoh : semua makanan aku suka kecuali yang asam.
                    semua murid hadir kecuali Dina.
                    semua anakku naik kelas kecuali yang ketiga.
17. Koreksio
      Yaitu : membetulkan atau mengoreksi kembali kata-kata yang salah atau sengaja
                salah diucapkan sebelumnya.
      Contoh : Hari ini dia sakit ingatan....e maaf, sakit kepala maksudnya.
18. Litotes
      Yaitu : melukiskan keadaan sesuatu dengan kata-kata yang berlawanan artinya
                dengan kenyataan yang sesungguhnya guna merendahkan diri.
      Contoh : datanglah ke gubuk kami.
                    ilmu saya hanya setitik air dalam lautan.
19. Metafora
     Yaitu : memperbandingkan suatu benda dengan benda yang lain karena mempunyai
               sifat yang sama/hampir sama.
     Contoh : Raja siang (matahari), Dewi malam (bulan), kupu-kupu malam (pelacur).
20. Metanomia
      Yaitu : mengemukakan merk dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu
                yang dipergunakan atau yang dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi dengan
                benda tersebut.
      Contoh : saya naik honda, Saya pakai citra,
21. Okupasi
      Yaitu : mengandung bantahan, tetapi kemudian diberi penjelasannya.
      Contoh : candu merusak kehidupannya itu sebaliknya pemerintah melarang. Tetapi
                    si pecandu tetap tidak dapat menghentikan kebiasaannya.
22. Paradoks
      Yaitu : pertentangan yang hanya kelihatan pada arti kata yang berlawanan, padahal 
      maksud sesungguhnya tidak karena objeknya berlainan.
      Contoh : sunyi hatiku tinggal di Jakarta yang ramai itu.
                    ia mati kelaparan ditengah kekayaan yang berlimpah.
23. Paralelisme
      Yaitu : dipakai dalam puisi dengan mengulang kata-kata
      Contoh : lihat majas anapora >< epipora
24. Pars prototo
      Yaitu : meluluskan sebagian untuk seluruh tanggapan.
      Contoh : berapa kepala yang hadir.
                    tidak ada batang hidungnya.
                    berapa ekor yang ada?
25. Personifikasi
      Yaitu : membandingkan benda mati atau tidak bergerak seolah-olah bernyawa dan 
      dapat berperilaku seperti manusia.
      Contoh : angin berbisik, kata hatiku, hujan menceritakan, pucuk-pucuk itu menggeliat.
26. Pleonasme
      Yaitu : mempergunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi
      karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang diterangkan.
      Contoh : salju putih, naik ke atas, darah merah.
27. Polisindenton
      Yaitu : menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan secara berturut-turut dengan 
       mempergunakan kata sambung. (>< asidenton)
      Contoh : sebelum naik ke rumah, maka ditanggalkan sepatunya.
28. Praterito
      Yaitu : menyembunyikan sesuatu serta seolah-olah menyeluruh, pembaca harus 
      menerka apa yang disembunyikan itu. Biasanya pembaca sudah dianggap 
      memakluminya.
      Contoh : kehirukpikukan masyarakat Yogya dalam menyambut gerhana matahari 
                    total yang langka ini tidak usah saja diceritakan lagi.
29. Prifrase
      Yaitu : mengganti sebuah kata dengan beberapa kata atau sebuah kalimat.
      Contoh : sore hari (menjadi) >> ketika matahari akan tenggelam di ufuk barat.
30. Repetisi
      Yaitu : mengulang sepatah kata berkali-kali dalam kalimat yang lain dan biasanya 
      dipergunakan dalam/oleh ahli pidato.
      Contoh : cinta adalah keindahan, cinta adalah kebahagiaan, cinta adalah 
                    pengorbanan.
                    kita bebas, kita merdeka.
31. Retoris 
      Yaitu : mempergunakan kalimat tanya yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban 
       karena sudah diketahuinya.
      Contoh : siapakah yang melarangmu berbuat bijak?
                    Oh Tuhan, apakah salahku hingga aku miskin?
32. Sarkasme
      Yaitu : paling kasar dengan mempergunakan kata-kata yang dianggap tidak sopan 
      (ironi sinisme)
      Contoh : mukamu seperti monyet.
                    anjing, pergi dari sini.
33. Simetri 
      Yaitu : menyatakan kalimat dengan kalimat yang lain tetapi isinya sebanding
      Contoh : ia pergidengan tergesa-gesa, seperti orang diburu harimau.
34. Sinisme
      Yaitu : kata-kata yang mempegunakan kata-kata sebaiknya seperti ironi tetapi lebih 
      kasar.
      Contoh : muntah aku melihat mukamu.
                    haram benar badanmu?
35. Sineekdoeke
      Yaitu : kata yang melukiskan sebagian untuk seluruhnya (pras pro toto) atau 
      melukiskan keseluruhan untuk sebagian (totem pro parte)
      Contoh : lihat totem pro parte >< pras pro toto.
36. Tautologi
      Yaitu : mengulang kata beberapa kali dalam sebuah kalimat (bisa sinonim)
      Contoh : disuruhnya aku bersabar, bersabar terus bersabar.
                    ia mengasihi, menyayangi, mencintai suaminya.
37. Totem pro parte
      Yaitu : melukiskan keseluruhan tanggapan untuk sebagian.
      Contoh : Indonesia keluar sebagai juaranya.
                    Medan pernah menyelenggarakan FFI.
                    polisi-polisi metrojaya menangkap pencuri itu.
38. Tropen
      Yaitu : membandingkan suatu pekerjaan atau perbuatan dengan kata-kata lain yang 
      mengandung pengertian yang sejalan.
      Contoh : ia terbang ke Timor.
                    Ia menjual suaranya untuk mebiayai hidupnya.

No comments:

Post a Comment