Orientasi
Mojokerto - Mencuci telur bebek sebelum dan sesudah diasinkan menjadi kendala produsen telur asin di Mojokerto. Selain membutuhkan waktu lama, penncucian secara manual membutuhkan biaya yang cukup besar. belum lagi resiko telur pecah.
Peristiwa
Itulah yang menjadi inspirasi bagi Farah Dinnisa Ilmarini (11) dan Aurora Btari Maharani (12) untuk membuat kotak pencuci telur semi otomatis. Alat pencuci telur karya dua murid kelas VI SDN 1 Kranggan Kota Mojokerto itu membuat proses mencuci telur bebek lebih cepat dan hemat biaya dibandingkan cara manual.
Bahkan, alat sederhana ini mengantarkan Farah dan Aurora menjadi salah satu peneliti cilik terbaik dalam ajang Junior Scientist Award 2015 yang digelar sebuah produsen obat-obatan ternama di Indonesia.
"Kami sering melihat pengusaha telur asin di kampung kami masih tradisional dalammencuci telur. Cara itu butuh waktu lama, resiko pecah, dan biaya mahal. Maka kami membuat mesin boks ini," kata Aurora kepada wartawan saat memperagakan cara kerja kotakpencuci telur buatan mereka di SDN 1 Kranggan, Senin (21/9/2015).
Pelajar asal desa Sumber Girang, Kecamatan Puri, Mojokerto itu menjelaskan, kotak pencuci telur buatannya memudahkan produsen telur asin dalam mencuci telur bebek sebelum dan sesudah di asinkan. Menurutnya, selama ini produsen telur asin mencuci telur bebek dengan cara manual dengan menggunakn sikat baju.
Cara mencuci telur asin itu membutuhkan waktu 30 detik per butir atau hanya 9 jam untuk 1.000 butir telur bebek. Pengusaha pun harus membayar tenaga pencuci telur Rp. 2000 per butir.
"Dengan alat ini, proses mencuci telur bisa lebih cepat, hanya 10 detik per butir atau hanya 3 jam untuk seribu telur. Seain itu menghemat biaya, tenaga serta mengurangi resiko telur pecah," ujar putri pasangan Agus Suhendi (43) dan Ninis Puspita (42) itu.
Lantas bagaima bentuk dan cara kerjanya alat pencuci telur ini? Dengan cekatan kedua gadis SD itu memperagakan cara merakit alat tersebut.
Menurut Farah, bahan membuat alat pencuci telur ini mudah didaptakan. Antara lain terdiri dari kotak plastik berukutan 40x80 centimeter, pipa PVC ukuran 3 dim sepanjang 3 meter, alat pemompa air elektrik (aerator), serta ijuk sapu yang sudah dirangkai membentuk tabung sesuai ukuran pipa PVC. Biaya pembutaannya pun cukup terjangaku, yakni RP. 1 juta per unit.
"Cara kerjanya setelah airnya dialirkan dengan aerator, telur akan mengalir ke dalam pipa. Sepanjang pipa, telur secara otomatis tergosok oleh ijuk yang terpasang dalam pipa," jelas putri Fatayasin (45) dan Indiyah Sulistyorini (45) itu.
Alat pencuci telur buatan dua pelajar sekolah dasar ini memang efisien. Dalam waktu singkat, telur bebek yang sebelumnya kotor oleh tanah, terlihat bersih setelah dimasukkan ke dalam kotak pencuci telur ini.
Tak ayal, karya Farah dan Aurora ini mendapat penghargaan peringkat nasional dalam ajang Junior Scientist Award yang digelar PT Kalbe Farma beberapa waktu lalu. Keduanya menjadi satu dari 9 peneliti cilik terbalik se-Indonesia setelah menyisihkan 800 peneliti cilik lainnya. Bahkan dalam waktu dekat, karya peneliti cilik asal kota Onde-onde ini bakal diikutkan dalam lomba karya inovasi tepat guna tingkat internasional.
"Kami sangat bangga bisa menjadi pemenang. Kami berharap temuan kami bisa bermanfaat bagi pengusaha telur asin. Kami siap membantu para pengusaha jika ingin membuat alat ini," ungkap Farah.
Karya peneliti cilik ini tak lepas dari bimbingna Arif Wibowo, peneliti lembaga riset swasta, Bina Bangsa, Jombang. Dia yang selama sebulan penuh membimbing Farah dan Aurora untuk merealisasikan alat pencuci telur tesebut. Arif berharap, karya Farah dan Aurora untuk bisa mendapatkan hak paten dari pemerintah.
"Kami berharap setelah menjalani penelitian lebih lanjut dan uji coba, alat pencuci telur ini bisa diproduksi secara massal agar bisa membantu para pengusaha telur asin" tandasnya.
Sumber Berita
1. Farah Dinnisa Ilmarini
2. Aurora Btari Maharani
3. Arif Wibowo, peneliti lembaga riset swasta
4. Wartawan
Sumber : news.detik.com
No comments:
Post a Comment